Meninjau Masalah Kesehatan Di Papua kab/ Wamena
Sumber: www.antarafoto.com via |
Di wilayah Indonesia bagian Timur, Papua merupakan daerah yang cukup menyita perhatian dunia terkait masalah kesehatan.
Sumber: www.antarafoto.com via |
Ketetapan dalam Undang-Undang tersebut mencerminkan bahwa kesehatan merupakan masalah yang penting untuk ditanggapi oleh kita semua. Penetapan kebijakan oleh pemerintah menunjukkan bagaimana komitmen negara dalam menanggulangi masalah tersebut. Namun demikian, pengejawantahan peraturan mengenai pelayanan kesehatan ini belum berjalan secara maksimal. Hal ini terlihat dari peningkatan angka kesehatan di Indonesia belum menunjukkan kecenderungan yang berarti. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Kompas.com, mengutip laporan Indeks Pembangunan Manusia, keluaran Program Pembangunan PBB 2013, angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu isu yang paling penting, masih berada di tingkat 220 per 100.000 kelahiran hidup. Laporan Kompas.com ini juga memaparkan pendapat Endang L. Achadi, Koordinator Positive Deviance Resource Centre Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Menurut Endang, kondisi ini, salah satunya, disebabkan oleh ketiadaan fasilitas rumah sakit yang mampu melayani kegawatdaruratan di 40 persen kabupaten di Indonesia, khususnya di kawasan Indonesia bagian Timur (Anna, 2013).
Di wilayah Indonesia bagian Timur, Papua merupakan daerah yang cukup menyita perhatian dunia terkait masalah kesehatan. Buruknya tingkat kesehatan di Papua ini, antara lain mencakup empat hal, yakni kesehatan ibu dan anak dan gizi masyarakat, penyakit menular malaria, tuberculosis (TB), dan HIV-Aids (http://www.suarapembaruan.com, 11 Oktober 2013). Sesuai pernyataan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Cendrawasih, dr. Watofa, Sp.R., bahwa berdasarkan hasil riset kesehatan nasional dan daerah yang dilakukan pada tahun 2013, angka kematian ibu dan anak di Papua dan Papua Barat merupakan yang tertinggi di Indonesia (Master, 2013). Sebuah penelitian di Timika, sebagai salah satu contoh kasus, menunjukkan bahwa resiko malaria, seringkali infeksinya telah dimulai saat lahir dan tanpa disengaja, dan menjadi faktor mortalitas (angka kematian) ibu dan anak di wilayah tersebut (Poespoprodjo, 2011). Sementara itu, pada laporan yang lain, mengutip pernyataan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Prof. Tjandra Yoga Aditama, kasus malaria di Indonesia bagian Timur, seperti Papua, Papua barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur, masih terbilang tinggi dengan Annual Parasitical Index (API) sebesar lebih dari 20 per 1.000 penduduk (Master, Malaria di Papua Tertinggi, 2013). Sementara itu, untuk kasus penyakit TB, penemuan kasus di Provinsi Papua masih 76% (jauh dari target 90%), dengan perkiraan angka sebesar 2,1 per 1.000 penduduk (Anna, Penanganan TB di Daerah Masih Terkendala, 2011). Di tahun 2012, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, tercatat ada 306 kasus TB di Kabupaten Jayapura (http://www.suluhpapua.com, 29 Agustus, 2013), namun pada laporan berita yang lain, disebutkan bahwa ada 477 kasus, di mana 417 penderita dapat disembuhkan, 15 penderita meninggal, dan 45 lainnya merupakan kasus gagal (http://bintangpapua.com, 18 Februari, 2013).
Yang lebih mengkhawatirkan, permasalahan penyebaran penyakit TB ini pun sesungguhnya memiliki hubungan dengan infeksi HIV-Aids (Kantipong, Murakami, Moolphate, Aung, & Yamada, 2012). Rendahnya daya tahan tubuh para penderita HIV-Aids menyebabkannya sangat rentan terserang TB sehingga meningkatkan resiko kematian (Green, 2006). Berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Papua merupakan daerah yang sangat rawan penyebaran HIV-Aids, dengan nilai prevalensi sebesar 2,4%, yang berarti bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi setiap tahunnya. Laporan dari Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 13.942 kasus HIV-Aids di Provinsi Papua, dan memiliki kecenderungan yang terus meningkat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (Dagur, 2012). Untuk kasus sektoral HIV-Aids sendiri, pada contoh lokasi di Kabupaten Jayawijaya, Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Jayawijaya memaparkan bahwa per September 2013, kasus HIV-Aids di daerah tersebut mencapai angka 3.655 kasus. Rinciannya, yakni bermula dari 920 kasus HIV dan 2.735, mengalami penambahan sebanyak 209 kasus di Bulan Juli, 2013, 76 kasus di Bulan Agustus, 2013, dan 97 kasus di Bulan September, 2013 (Adisubrata, 2013).
Sumber: www.antarafoto.com via |
Sumber foto: http://cloud.papua.go.id |
Sumber Foto: http://cloud.papua.go.id |
Meninjau Masalah Kesehatan Di Papua kab/ Wamena
Reviewed by Unknown
on
04.23
Rating:
Post a Comment